Berdakwah(menyeru orang lain ke kebaikan) tanpa bekal, dapatkah berhasil?
Pertanyaan yang tak sulit dijawab. Karena jawabannya tentu saja “TIDAK”.
Yang tak memiliki, tak bisa memberi. Sama halnya ketika seseorang ingin
mengajak orang lain ke keburukan, tanpa bekal juga tidak bisa berhasil. Namun
satu hal yang menarik bahwa mengajak orang ke keburukan itu akan lebih mudah
dilakukan. Tanpa diajak-ajak ke keburukanpun, seseorang akan lebih mudah
menjadi buruk daripada menjadi baik.
Bagaimana bisa?
Karena iblis,setan dan bala tentaranya selalu membujuk, merayu dan meracuni akal pikiran manusia untuk terjerembab ke jurang nafsu sehingga bergelimang dosa. Namun lain halnya dengan malaikat, ia hanya membiarkan saja manusia mencari jalan kebaikan. Ia tidak membujuk, merayu apalagi memperbaiki akal manusia untuk semakin baik dari waktu ke waktu. Ia hanya mempermudah jalan menuju ke kebaikan, apabila si manusia tersebut “mau” ke arah kebaikan.
Karena iblis,setan dan bala tentaranya selalu membujuk, merayu dan meracuni akal pikiran manusia untuk terjerembab ke jurang nafsu sehingga bergelimang dosa. Namun lain halnya dengan malaikat, ia hanya membiarkan saja manusia mencari jalan kebaikan. Ia tidak membujuk, merayu apalagi memperbaiki akal manusia untuk semakin baik dari waktu ke waktu. Ia hanya mempermudah jalan menuju ke kebaikan, apabila si manusia tersebut “mau” ke arah kebaikan.
Karena itu, dakwah menjadi tugas berat. Sebab manusia tidak hanya berusaha
mengajak orang lain ke arah kebaikan, ia juga mesti melawan nafsunya sendiri dari
bujukan setan yang tak bisa diremehkan. Untuk itu, para du’at mesti punya
hubungan yang dekat dengan Allah SWT, sebab kalo tidak, akan sia-sialah
dakwahnya… dakwah tanpa ruh… hanya sekedar didengarkan objek dakwah tanpa
meresap ke relung hati yang terdalam. Berdakwah tanpa makna…
Inilah Dakwah omong kosong yang dimaksud. Yakni berdakwah tanpa bekal.
Artinya, dakwah yang dilakukan tanpa adanya charger iman, tanpa terasa ruhnya…
sehingga terkesan seperti omong-omong biasa, tak berbeda dari percakapan dengan
siapapun sehari-hari.
Teringat taujih seorang ustadz, bahwa maksiat bisa jadi salah satu penyebabnya. Ketika kata-kata yang kita ucapkan itu tidak mengena, tidak menyentuh, maka mungkin maksiat kitalah yang menghalanginya.
Teringat taujih seorang ustadz, bahwa maksiat bisa jadi salah satu penyebabnya. Ketika kata-kata yang kita ucapkan itu tidak mengena, tidak menyentuh, maka mungkin maksiat kitalah yang menghalanginya.
Mata bermaksiat dengan melihat yang sia-sia… telinga bermaksiat dengan
mendengar yang tak perlu didengar… kaki bermaksiat dengan melangkah ke arah
yang tak perlu disinggahi… tangan bermaksiat dengan melakukan sesuatu yang tak
ada manfaatnya… mulut bermaksiat dengan ucapan yang tak pula bermanfaat…
Astaghfirullah…Astaghfirullah…Astaghfirullah…
Lindungi dari semua itu ya Rabb… aaamiiin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar