Rabu, 01 Februari 2012

DAKWAH BIDANG EKONOMI


A.    Pengetian Dakwah Bidang Ekonomi
Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa arab yang berarti : seruan-ajakan-panggilan. Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajakan tersebut dikenal dengan panggilan da’i = orang yang menyeru. Tetapi mengingat bahwa proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu, maka dikenal pula istilah muballigh.
Dengan demikian, secara etimologis (logat) pengertian dakwah dan tabligh itu merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.
Dan pengertian dakwah secara terminologis ada beberapa pengertian :
1.      H. Endang S. Anshari mengatakan sebagai berikut :
a.       Arti dakwah dalam arti terbatas : menyampaikan islam kepada manusia secara lisan, maupun secara tulisan, ataupun secara lukisan. (panggilan, seruan, ajakan kepada manusia pada islam).
b.      Arti dakwah dalam arti luas : penjabaran, penterjemahan dan pelaksanaan islam dalam perikehidupan dan penghidupan manusia (termasuk didalamnya politik, ekonomi, social, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian, kekeluargaan dan sebagainya). (E.S. Anshari, 1976. Dalam Toto Tasmara, 1997).
2.      Prof. Thoha Yahya Omar M.A.
a.       Definisi ilmu dakwah secara umum ialah : suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideology –pendapat- pekerjaan tertentu.
b.      Definisi dakwah menurut islam ialah : mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. (Toha Yahya Omar, 1971 dalam Toto Tasmara, 1997).
Dasar-dasar ekonomi Islam adalah:
1.      Bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera baik di dunia dan di akhirat, tercapainya pemuasan optimal berbagai kebutuhan baik jasmani maupun rohani secara seimbang, baik perorangan maupun masyarakat. Dan untuk itu alat pemuas dicapai secara optimal dengan pengorbanan tanpa pemborosan dan kelestarian alam tetap terjaga.
2.      Hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal dan dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula.
3.      Dilarang menimbun harta benda dan menjadikannya terlantar.
4.         Dalam harta benda itu terdapat hak untuk orang miskin yang selalu meminta, oleh karena itu harus dinafkahkan sehingga dicapai pembagian rizki.
5.      Pada batas tertentu, hak milik relatif tersebut dikenakan zakat.
6.       Perniagaan diperkenankan, akan tetapi riba dilarang.
7.      Tiada perbedaan suku dan keturunan dalam bekerja sama dan yang menjadi ukuran perbedaan adalah prestasi kerja.[1]
A.    Tujuan dakwah ekonomi menurut islam
1.      Mengutamakan Ketuhanan (Mencari kehidupan akhirat)
Maksud tujuan yang pertama kali dari ekonomi Islam ialah berbakti kepada Tuhan.Tujuan ini untuk memperingatkan kepada masing-masing manusia bahwa dibalik hidupnya yang sekarang, masih ada lagi kehidupan yang abadi.Di sana hanyalah hukuman Tuhan yang berlaku , dimana tiap-tiap orang harus mempertanggung jawabkan segala perbuatan segala perbuatan selama hidup di dunia dihadapan Tuhan yang Maha Kuasa.
Dalam berjuang mencari rizki dan membangun perekonomian, haruslah orang mengingat  tujuan  akhir.Tujuan ini harus dijadikan lambang  pekerjaannya dan juga dasar taktik strategi perjuangannya dilapangan ekonomi itu.Tujuan itu mempengaruhi pekerjaannya dilapangan produksi, distribusi, dan konsumsi.[2]
2.      Memenuhi Kebutuhan Hidup Seseorang Secara Sederhana
Aspek yang tercakup dalam kategori ini termasuk usaha untuk mendapatkan makanan, minuman, pakaian, tempat perlindungan, perawatn, dan pendidikan.
Sehubungan dengan tujuan yang benar, semua usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah sunah, dan ia dianggap sebagai usaha yang diridhoi Allah. Dengan demikian seseorang yang cukup pangan, mengenakan pakaian bagus, dan menikmati berbagai kesenangan lain dengan baik, merupakan tujuan yang hendak dicapai dalam islam.[3]
3.      Memperjuangkan Kebutuhan Hidup Duniawi. ( Dan janganlah melupakan  nasibmu di dunia )
Di dalam tujuan yang ini islam menegaskan bahwa ekonomi haruslah ditujukan kepada perjuangan  nasib.Kita tidak boleh melalaikan nasib kita dalam hidup di dunia ini, melainkan harus hidup berjuang dilapangan perekonomian dengan segala jalan yang terbuka baginya.Banyak jalan yang bisa ditempuh dan banyak usaha yang dikerjakan untuk menolong nasib sendiri di dalam perebutan ekonomi.[4]
4.      Memenuhi Kebutuhan Jangka Panjang
Islam juga mengakui tentang perlunya manusia menyimpan barang kebutuhan untuk digunakan pada saat tertentu. Sesuai dengan QS. Al-Isra’ : 29
Ÿwur ö@yèøgrB x8ytƒ »'s!qè=øótB 4n<Î) y7É)ãZãã Ÿwur $ygôÜÝ¡ö6s? ¨@ä. ÅÝó¡t6ø9$# yãèø)tFsù $YBqè=tB #·qÝ¡øt¤C ÇËÒÈ
“Janganlah  engkau  membelenggu tanganmu di lehermu (terlalu kikir)dam jangan pula engkau terlalu memboroskannya, karena engkau akan mendapatkan celaan dan cemoohan. QS. Al-Isra’: 29
Nabi Muhammad SAW sering memperingati sahabat-sahabatnya agar bersifat hemat dan menasehati agar jangan menghabiskan semua harta yang ada walaupun harta tersebut  digunakan untuk  jalan Allah, karena harta tersebut dibutuhkan untuk keperluan hidup sehari-hari dan untuk masa depan.[5]
5.      Memberikan Bantuan Sosial dan Sumbangan Berdasarkan Jalan Allah
Sekarang kita akan mengkaji masalah pendapatan dan pengeluaran, dan masalah ini merupakan aspek yang paling penting dalam aktifitas ekonomi manusia.Setelah seseorang dapat memuaskan kebutuhan hidupnya dan juga kebutuhan orang-orang berada dibawah pengawasannya, juga menyimpan beberapa bagian hartanya di masa yang akan datang dan keturunannya, seseorang tidak pantas untuk berdiam diri saja tanpa melakukan aktivitas ekonomi.Misalnya memberikan bantuan sosial pada fakir miskin dan sumbangan sosial berdasarkan dijalan Allah dengan cara infaq, sedekah,dll.
A.    Konsep Islam Dalam Pembangunan Masnyarakat
Masyarakat selain harus memiliki kualitas keimanan yang baik haruslah pula dibarengi dengan pembangunan ekonomi yang mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam islam terdapat prinsip-prinsip pembangunan, yaitu:
1.      Islam berarti suatu keadaan yang sehat atau alamiyah seperti ketika Allah menciptakan manusia pertama kali, yaitu dalam keadaan tunduk kepada Allah, damai dan tahu terhadap tujuannya hidup di dunia ini.
2.      Seluruh alam semesta adalah manifestasi kehendak Allah SWT.
3.      Manusia lahir dilengkapi dengan pengetahuan.
4.      Segala yang diciptakan Allah SWT di dunia supaya dimanfaatkan dan dinikmati sebaik-baiknya oleh manusia.
5.      Alam semesta supaya digunakan oleh manusia sebagai penyempurna amanah Allah SWT yang telah disanggupinya.
6.      Islam merupakan proses keyakinan dalam aksi yang dinamis.
7.      Manifestasi khendak Allah tedapat dalam Al Qur’an yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW pemegang amanah terbesar.
8.      Kebahagian manusia dicapai dengan prinsip-prinsip ilahiyah.[1]
Memperhatikan kondisi bangsa indoesia yang memprihatinkan maka perlulah dilakukan upaya-upaya peningkatan terutama kualitas sumber daya manusianya.sebagai seorang Da’I kita wajib untuk menarahkan manusia menjadi lebih baik dan terus berkembang sesuai syariat islam, hal tersebut dapat diwujudkan secara, yaitu:
1.      Peningkatan kepribadian islami
Masyarakat harus didirikan diatas ketetapan hati para pendukungnya untuk tetap bertahan dalam cara, jalan dan pesan Allah sebagai perwujutan suatu kultur dan peradaban yang sehat dan berakar kokoh dalam proses kesejahteraan sekaligus yang berpenampilan kerahmatan di dalam susunan dan tata kemasyarakatan itu sendiri.
2.      Pelembagaan pranata social islami.
Suatu proses perkembangan kultur manusia sebagai peristiwa kreatif merujuk kepada pelembagaan nilai-nilai ke dalam tatanan social dalam pembentukan pranata yang kokoh.
3.      Masjid pusat budaya dan pengembangan islami.
Dapat kita identifikasikan dengan berkembangnya masjid ketika zaman Rasulullah bahwasanya masjid mampu memberikan sebuah kontribusi yang besar dalam proses peradaban manusia. Masjid digunakan sbagai pusat budaya masyarakat.[2]


[1] Ahmad M. Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta:  Rajawali, 1987), hlm. 165-166
[2] Ibid, hlm. 170-175



[1] Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam, Suatu Pengantar 1, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm. 158-166
[2] Zaenal abidin, Op. cit.,  hal 153
[3] Muhammad Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hal 16
[4] Zainal Abidin, op. cit., hal 155-156
[5] Muhammad Nejatullah Siddiqi, op. cit., hal 25-26