Sabtu, 06 Juli 2013

berita institusia


Semrawutnya Parkiran di Fakultas Dakwah
Pagi hari, sekitar jam setengah delapan pagi dimualailah awal untuk mengikuti pembelajaran pada jam pertama. Terlihat beberapa mahasiswa sudah berada di kampus Fakultas Dakwah. Ada yang berjalan kaki lewat belakang kampus, ada yang berjalan kaki lewat depan Kampus 3. Bahkan ada juga yang menggunakan transportasi motor melewati jalan kampus 3. Semakin siang, Fakultas Dakwah pun semakin ramai oleh para mahasiswa. Beberapa para mahasiswa yang berangkat untuk mengikuti perkuliahan dengan menggunakan sepeda motor pun terkadang seenaknya saja memakirkan motornya di depan taman Fakultas Dakwah. Bahkan, ada pula yang entah sengaja maupun tidak, mereka memarkirkan motor mereka di parkiran Dosen yang terletak di samping kanan kantor PKM Wadas. Padahal di situ tertulis “Parkiran Khusus Dosen dan Karyawan”. Hal tersebut mengakibatkan kesemrawutan tata parkiran yang terdapat di Fakultas Dakwah sendiri. Anehnya, para mahasiswa seakan apatis dan hal tersebut sudah menjadi kebiasaan dari hari ke hari, minggu ke minggu, hingga bulan ke bulan tanpa ada seorang pun yang menegur kebiasaan ini.
Ali Yafi’e, mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) angkatan 2010 membenarkan hal tersebut. Menurutnya, Kurang memadainya sarana dan prasarana menjadi penyebab dari semrawutnya Fakultas Dakwah tersebut. “Disini lahan tempat parkirannya sangat kurang sekali. Selain itu, tempat-tempat parkiran Fakultas Dakwah itu tidak ada yang jaga. Takutnya ketika ada yang kehilangan helm, jaket atau apalah itu siapa yang bertanggung jawab?” tuturnya.  Ia juga menambahkan bahwa Dekan juga harus bertanggung jawab dalam mengatur dan mengelola kesemrawutan system parkiran yang ada di Fakultas Dakwah. “Dekan harus bertanggung jawab dalam mengatur dan mengelola tempat parkiran. Karena kalau yang mengatur mahasiswa kurang efektif karena kurang memadai” tuturnya. Lebih lanjut, ia juga menyarankan agar memperluas sarana parkiran dengan system yang lebih maju. “Syukur-syukur ada penjaganya biar tidak ada yang kehilangan-kehilangan helm atau apapaun meskipun itu hal yang sepele” tuturnya.
Melirik di sekitar kampus dua, tepatnya di sebelah dari Kampus Tiga dimana Di kampus tersebut terdapat dua Fakultas, yakni Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin. Di kampus tersebut tata parkiran sudah terlihat rapi. Hal tersebut dikarenakan sudah disediakan lahan parkiran yang luas dan tertata rapi dan selalu dipantau setiap hari oleh satpam. Abdul Ahwandi, Mahasiswa angkatan 2009 yang bekerja sebagai satpam di Kampus 2 pun mengamini hal tersebut. “Sistem tersebut (parkiran di Kampus 2 IAIN Walisongo-red) memang sudah dari dulu dan sudah turun temurun, jadi kita tinggal menerapkannya saja” tuturnya. Ia menjelaskan system seperti ini tujuan untuk menciptakan lingkungan yang rapi dan kondusif, khusunya dimulai dari lahan parker, menciptakan suasana yang enak dipandang dan mudah dipantau serta diamankan. “Alhamdulillah selama ini belum ada complain dari para mahasiswa, mereka pun mengerti tentang budaya tertib” tambahnya. Lebih lanjut, ia juga menjelaskan bahwa perlunya lahan untuk CCTV (kamera pengawas) untuk mempermudah mengontrol adanya kemalingan yang terjadi di kampusnya. “Selama ini kita sudah mengajukan saran tentang penerapan kamera CCTV kepada dekan-dekan yang ada di Fakultas Tarbiyah dan Ushuluddin. Alhamdulillah direspon dengan baik dengan menempatkan lokasi-lokasi tertentu di beberapa titik saja” tambahnya.
Melihat system parkiran yang terdapat di kampus dua sudah sepatutnya kita mulai menerapkan system parker tersebut. Apalagi, sebentar lagi kita sudah akan menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) bukan lagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Juga Fakultas Dakwah pun telah menjadi Fakultas Dakwah dan Komunikasi dengan menambahkan satu bidang program studi, yaitu program studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI). Sudah sepatutnya bahwa parkiran yang terdapat di Fakultas Dakwah perlu ditata dan dirapikan kembali agar terciptanya lingkungan yang rapi, enak dipandang, dan kondusif. (Ari Purwa)       

Resensi Tugas Missi


Agama Punya Seribu Nyawa
Judul               : Agama Punya Seribu Nyawa
Penulis             : Komarudin Hidayat
Penerbit           : Noura Books
Tahun Terbit    : Cetakan 1, April 2012
Tebal               : 281 Halaman
Presentator      : Muh. Dwi Ari Purwa*
Pada mulanya, kita secara umum mengenal dan memeluk agama karena pengaruh lingkungan keluarga dan tradisi yang mapan dalam masyarakat. Setelah melalui proses belajar, pergaulan, dan bertambahnya usia, seseorang tentunya akan memiliki alasan dan penjelasan lebih rasional mengapa memeluk agama, meskipun tidak semua keyakinan dan pengalaman beragama bias dijelaskan secara logis-rasional. Hal ini dikarenakan terkadang banyak dari kita yang menjalani laku kehidupan beragama berdasarkan rasa (dzauq), ketimbang pertimbangan rasional.
Dalam buku ini pun juga diterangkan mengenai dalam setiap agama ada pandangan dan mazhab yang berbeda. Namun, keragaman mazhab di dalam agama merupakan keniscayaan yang mestinya kita syukuri. Ragam agama dan mazhab itu bagaikan ratusan sungai yang mengalir dari berbagai arah melewati daratan, lembah, dan pegunungan yang berbeda-beda. Dimana tentunya tiap-tiap sungai tersebut memiliki nama, panjang dan kedalaman yang berbeda-beda namun bermuara pada satu tujuan, yakni samudra. Bahkan setiap sungai pun memiliki jenis virus dan sampah yang berbeda-beda tetapi samudera tak pernah menolak kehadiran sungai-sungai tersebut. Bahkan, berbagai virus dan sampah yang datang dari sungai-sungai tersebut pun dinetralisir dan dihempaskan ke daratan.
Bahkan, di dalam buku ini pun menceritakan tentang peristiwa Al-Qur’an sebagai kitab umat muslim yang turun ke bumi yang disebut sebagai peringatan Nuzulul Qur’an yang diperingati setiap ramadhan. Di sini, penulis memaparkan bahwa peristiwa tersebut sulit sekali dijelaskan dengan akal sehat karena tidak mungkin Al-Qur’an turun ke bumi seperti turunnya hujan dari langit karena langit itu bermakna banyak, dan hanya sebagian kecil saja dari miliaran planet yang mengapung di alam semesta. Dan peristiwa tersebut hanya dialami oleh Nabi Muhammad. Saw dan mirip dengan Isra’ Mi’raj dimana para sahabat tidak ikut di dalamnya. Tujuan dari peringatan Nuzulul Qur’an itu sendiri adalah agar pesan yang disampaikan melalui petunjuk dari Al-Qur’an bias direnungkan, difahami, dinalar, kemudian menjadi keyakinan serta membuahkan perbuatan amal baik dan amal saleh pada hati dan pikiran setiap manusia.
Dalam dunia tasawuf dikenal istilah manunggaling kawula lan gusti, yang berarti suasana batin seorang hamba yang merasa sangat cinta dan dekat dengan tuhan sehingga merasa lebur dan menyatu dengan-Nya ibarat meleburnya gula dengan air di antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Logika ini juga dikenal dalam teori kepemimpinan Jawa bahwa pemerintahan akan menjadi baik, tenteram, makmur kalau hati penguasa dan rakyat telah menyatu dan berada dalam gelombang yang sama. Dalam era demokarasi, formula yang lebih tepat adalah manunggaling kawula gusti, bukan kawula lan gusti, dimana di sini yang lebih aktif adalah pihak penguasa yang mampu menyelami, memahami, dan memahami apa yang dirasakan oleh rakyatnya.
Penulis ini pun juga memaparkan tentang membahas problem ketuhanan ketika dalam suatu forum dialog antar umat beragama dengan membagi tiga pertanyaan. Pertama, apakah Tuhan yang kita imani dan kita sembah itu sama atau berbeda. Kedua, bumi yang kita tempati dan matahari yang memancarkan cahaya itu milik Tuhan siapa? Ketiga, Mengingat setiap umat beragama meyakini dan mengharapkan nantinya masuk surga, apakah setiap agama memiliki surge dan neraka masing-masing atau keduanya itu hanya utuk semua manusia? Dan ternyata setelah terkumpul jawaban mereka cukup beragam antara pertanyaan pertama, kedua, dan ketiga dari sekitar dua ratus peserta yang secara mayoritas beragama Islam.
Kemudian, penulis membahas problem di atas dilihat dari analisis psikologi beragama, bahwa bagaimana pandangan dan sikap seseorang terhadap orang lain yang berkeyakinan berbeda. Maka dari itu, penulis berkesimpulan, mengapa ada seseorang yang begitu ramah dan toleran dalam beragama, dan mengapa ada ada orang yang beragama serta bertuhan dengan mudah marah melihat orang yang berbeda agama, bahkan mengganggapnya sebagai musuh yang mesti dihancurkan, padahal mereka tidak saling kenal dan tidak mengganggu dalam kehidupan sosialnya.  
Menurut Mahmud Jabiry, ada tiga ideology yang menjadi sumber dinamika sejarah Islam, yaitu kabilah, ghanimah, dan akidah. Sejak masa pra-Islam hingga kini, semangat ideologi, identitas kabilah, suku dan etnis masih kental dan memiliki peran signifikan dalam dinamika sosial dunia Islam. Ada pandangan, kehadiran Islam seharusnya menghilangkan ideologi kabilahisme, dan semua Muslim menjadi suatu komunitas seiman yang disebut Ummah. Arti kata ghanimah adalah harta pampasan, keuntungan dan peperangan. Dalam sejarah Islam, mereka yang ikut berperang  tidak semuanya dimotivasi agama, tetapi ada yang karena menginginkan harta pampasan. Bahkan, godaan untuk mengumpulkan ghanimah ini pernah terjadi semasa Rasulullah dalam perang Uhud sehingga tentara Islam kalah perang karena beberapa pos strategis untuk menghadang musuh ditinggalkan, demi berebut harta pampasan.
Perpaduan spirit membela kabilah dan mengejar ghanimah, dibalut dengan misi keagamaan (akidah), juga secara nyata ditunjukkan oleh imperialisme dan kapitalisme Barat pada abad lalu yang memperluas daerah koloni sambil menyebarkan agama. Namun, yang kini cukup menonjol adalah motivasi ghanimah dan samar-samar didukung sentiment nasionalisme (neo-kabilah) dan keyakinan agama (akidah).
 Si penulis pun juga menjelaskan tentang skeptisme terhadap agama dimana di Indonesia ada yang membuat perbedaan tegas antara agama dari Tuhan melalui Rasul-Nya dimana pesan illahi itu kemudian diabadikan ke dalam kitab suci. Sementara itu, yang kedua tidak mengenal konsep ketuhana dan kerasulan sama sekali. Kemudian, si penulis menjumpai kalangan kota yang tertarik belajar Islam karena merasa kecewa melihat materi dan metode dakwah yang dirasakan kurang tepat bagi kalangan intelektual yang menjalani lingtas agama. Agama kemudian menjadi pemisah dan sumber kecurigaan serta persaingan yang tidak sehat dalam kutur sebuah perusahaan dan perkantoran yang mengakibatkan terkikisnya profesionalitas dan produktivitas kerja serta menciptakan suasana yang tidak sehat. Seharusnya, agama menjadi pendorong untuk berlomba dalam berprestasi, sebagai tali pengikat persahabatan yang saling menghargai perbedaan, bukan penyebar suasana pengap, ruwet, curiga, dan saling gertak.
Di akhir kalimat, penulis menceritakan tentang agama yang tidak akan pernah mati dan tak pernah hilang dari zaman ke zaman dengan berbagai cara dan ragamnya. Apalagi para pemikir modern memperkirakan bahwa agama akan mati dengan sendirinya, ketika ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sudah maju. Karena, mereka beranggapan bahwa ketika persoalan hidup bisa dijawab dan diselesaikan dengan IPTEK, Tuhan tak lagi diperlukan. Tetapi, ramalan itu meleset, hingga muncul ungkapan agama memiliki seribu, sejuta nyawa, bahkan nyawanya pun tidak terbatas. Hal ini disebabkan pada kenyataannya, begitu banyak persoalan hidup yang tidak bisa dijawab oleh IPTEK modern. Bila keadaan demikian, maka manusia lari berbondong-bondong mencari agama. 


Minggu, 30 Juni 2013

Jadwal UAS Penyiaran Radio


JADWAL UJIAN SEMESTER AKHIR SEMESTER GENAP
TAHUN 2013/2014
Nama            : Muhammad Dwi Ari Purwa
NIM               : 101211069
Jurusan              : Komunikasi Dan Penyiaran Islam
Fakultas      : Dakwah dan Komunikasi
Konsentrasi : Penyiaran Radio Dakwah
No
  Hari, Tanggal
Jam
Mata Kuliah
Kelompok
Ruang
1
Kamis, 27 Juni 2013
I
Bahasa Arab III
KP-D6
I.4
2
Kamis, 27 Juni 2013
I
Bahasa Arab III
KP-C6
I.6
3
Kamis, 27 Juni 2013
II
Teknik Produksi Siaran Radio/TV
KP-B8
I.9
4
Kamis, 27 Juni 2013
III
Manajemen Penyiaran Radio/TV Dakwah
KP-B8
J.5
J.6
5
Jumat, 28 Juni 2013
I
Teknik Penulisan Berita Radio & Televisi
KP-B8
I.10
6
Jumat, 28 Juni 2013
II
Tafsir Dakwah
KP-D6
I.5
7
Jumat, 28 Juni 2013
II
Tafsir Dakwah
KP-C6
J.6
8
Jumat, 28 Juni 2013
III
Kepenyiaran Radio
KP-D8
J.4
9
Kamis, 4 Juli 2013
III
Jurnalistik Radio
KP-D8
I.9
10
Jumat, 5 Juli 2013
I
Sistem Informasi Islam
KP-C6
J.4
11
Jumat, 5 Juli 2013
I
Sistem Informasi Islam
KP-D6
I.10
12
Senin, 8 Juli 2013
III
Hifdzul Qur’an
KP-B4
I.1, I.2
13
Senin, 8 Juli 2013
III
Hifdzul Qur’an
KP-C4
I.6
14
Senin, 8 Juli 2013
III
Hifdzul Qur’an
KP-D4
I.10
15
Senin, 8 Juli 2013
III
Hifdzul Qur’an
KP-A4
J.4
16
Selasa, 9 Juli 2013
III
Teori-teori Komunikasi
KP-C6
I.6
17
Selasa, 9 Juli 2013
III
Teori-teori Komunikasi
KP-D6
I.7
18
Rabu, 10 Juli 2013
I
Riset Media
KP-C6
I.7, I.8
19
Rabu, 10 Juli 2013
I
Riset Media
KP-D6
I.9
20
Jumat, 12 Juli 2013
III
Kewirausahaan
KP-B8
J.4
21
Jumat, 12 Juli 2013
III
Kewirausahaan
KP-A8
J.5, J.6
22
Jumat, 12 Juli 2013
I
Public Relation
KP-D6
I.7
23
Jumat, 12 Juli 2013
I
Public Relation
KP-C6
I.8
24
Jumat, 12 Juli 2013
II
Formatologi Siaran
KP-D8
I.10
25
Jumat, 12 Juli 2013
III
Komunikasi Politik
KP-C6
I.8
26
Jumat, 12 Juli 2013
III
Komunikasi Politik
KP-D6
I.9
27
Jumat, 12 Juli 2013
III
Teknik Komunikasi Dalam Siaran
KP-D8
I.10
28
Jumat, 12 Juli 2013
III
Dasar-dasar Produksi Siaran Radio/Televisi Dakwah
KP-B8
J.4
29
Senin, 15 Juli 2013
III
Metodologi Penelitian Komunikasi
KP-D6
I.9
30
Senin, 15 Juli 2013
III
Metodologi Penelitian Komunikasi
KP-C6
I.10

KETERANGAN
Jam :
I           : 08.00-09.30
II          : 10.00-11.30
III        : 13.00-14.30